SHARE

istimewa

Wisata Minat Khusus

Pada 26 Maret 2022 lalu, sebuah pusat konservasi anggrek seluas 2.800 meter persegi bernama Orchidarium Ranu Darungan atau Taman Anggrek Darungan diresmikan oleh Wiratno selaku Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Mengutip dari website Wonderful Indonesia, Kepala Resor SPTN Ranu Darungan Toni Artaka menjelaskan, pihaknya telah mengumpulkan 198 dari sekitar 255 jenis anggrek alam yang terdapat di TNBTS untuk dikembangkan di pusat konservasi anggrek pertama di Indonesia yang dibangun di pegunungan.

Bukan itu saja, sebab sejak mulai dibangun pada 2018, Orchidarium Ranu Darungan ini juga didesain sebagai destinasi wisata minat khusus bagi penelitian anggrek dan pemantauan burung (bird watching). Avichidtourism menjadi tema baru wisata minat khusus di Ranu Darungan. Wisata sesungguhnya berupa paket trekking ke jalur pengamatan anggrek dan burung.

Ada tiga jalur yang sudah dipetakan untuk pengunjung sepanjang 3-4 kilometer dengan medan datar. Trek bagi pengamatan burung sama dengan jalur pengamatan anggrek. Tetapi mereka akan bersembunyi di hide, ruang penyamaran yang dibangun pihak taman nasional, Bentuknya adalah sebuah gubuk berukuran 3 kali 4 meter ditutupi dedaunan dan jaring kamuflase warna gelap.

Rupanya keragaman burung di Ranu Darungan masih cukup tinggi  karena terdata ada sekitar 200-an jenis. Salah satunya adalah ciung batu siul (Myophanus caeruleus) yang populasinya cukup banyak serta mudah ditemui di dekat sungai, di antara bebatuan hutan lebat Ranu Darungan. Makanannya berupa siput, cacing, serangga kecil, dan kadang-kadang memakan buah-buahan.

Menariknya, pihak PTN Ranu Darungan mempekerjakan sejumlah relawan yang dulunya adalah pemburu anggrek dan burung liar di sekitar kawasan hijau ini. Hasil buruan kemudian dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Minimnya informasi dan pengetahuan terhadap flora dan fauna yang dilindungi menjadi penyebab utama warga sekitar menjadi pemburu. Apalagi, tindakan mereka telah merusak lingkungan yang menjadi habitat tumbuhan dan hewan.

Kesadaran yang muncul dari warga berdampak luas bagi ekosistem sekitar. Sejak saat itu, kicau burung makin sering terdengar dan keindahan kelopak anggrek tak lagi sulit dijumpai seperti sebuah surga kecil di kerimbunan Ranu Darungan. Kini, mereka telah menjadi garda terdepan guna mencegah terjadinya perburuan di lingkungan Ranu Darungan. Agar kawasan eksotik ini masih bisa menyediakan ruang berbagi antara manusia, tumbuhan, dan satwa. dilansir indonesia.go.id

Halaman :
Tags
SHARE