SHARE

istimewa

Pada penderita OSA yang obesitas, kadar hormon leptin cukup rendah sementara grelin cukup tinggi atau terjadi ketidakseimbangan antara kedua hormon tersebut. Leptin merupakan hormon yang mengirim sinyal kenyang sementara grelin mengirim sinyal lapar.

“Jadi karena dominasinya di grelin, akibatnya pada orang OSA itu sering merasa lapar dan susah sekali untuk menurunkan berat badan,” tutur Fauziah.

Oleh sebab itu, lanjutnya, penanganan pada penderita OSA dapat dilakukan dengan cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan berat badan.

OSA juga dapat ditangani dengan bantuan beberapa alat medis, salah satunya adalah melalui alat bantu Continous Airway Pressure (CPAP) untuk memasukkan tekanan udara pada saluran napas.

Pada pasien yang menderita OSA dalam tingkatan ringan hingga menengah serta pasien yang tidak bisa menoleransi pemakaian CPAP, alat oral appliances dapat membantu supaya lidah pasien tidak menghalangi bagian belakang jalan napas.

“Ada lagi cara klasik penanganan OSA yang biasanya bisa digunakan pada positional theraphy. Pasien disuruh untuk tidur berbaring pada satu sisi, kemudian taruh atau tempelkan bola di belakang punggungnya supaya ketika berbaring telentang dia akan terasa mengganjal dan akan kembali dalam posisi miring ke kanan atau kiri,” kata Fauziah.

Selain itu, terdapat pula penanganan OSA melalui pembedahan, seperti cautery assisted palato stiffening operation (CAPSO) untuk mengangkat uvula yang panjang di daerah langit-langit lunak serta concha reduction untuk mengempeskan struktur lekukan bagian dalam hidung yang membesar.

Penanganan OSA melalui pembedahan pada anak dapat dilakukan dengan pengangkatan amandel dan adenoid. Pembedahan pada orang dewasa bisa dilakukan dengan memperbaiki sumbatan hidung dan mengurangi ukuran lidah, memperbaiki posisi tulang rahang, memperbaiki gigi, serta memperluas rongga jalan napas atas.
 

Halaman :