SHARE

Kartini

CARAPANDANG.COM - Perayaan Hari Kartini selalu diperingati setiap 21 April. Alasan 21 April yang dipilih sebagai hari nasional karena tanggal tersebut merupakan hari lahir Sang Pahlawan Nasional, yaitu 21 April 1879.

Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sejak 1964, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964.

Kartini tumbuh dan menjalani pendidikan modern. Kartini yang dijuluki Trinil (burung kecil yang lincah dan cerewet) rajin membaca buku.

Di antaranya seperti dilansir Historia yakni karya Multatuli berjudul “Minnebrieven”. Lalu buku karangan NY. C. Goekoop yang menguraikan perjuangan Hylda van Suylenderb membela hak-hak wanita di Negeri Belanda. Buku lainnya antara lain “De Vrouw en Sosialisme (Wanita dan Sosialisme)” karangan August Bebel.

Seperti dilansir Tirto, Kartini rajin menulis, baik dalam bentuk surat pribadi maupun artikel. Pada usia remaja, ia berhasil melahirkan sebuah karya yang terbit di Holandsche Leile yang berjudul “Upacara Perkawinan pada Suku Koja”.

Kartini juga menulis artikel tentang ukiran Jepara yang bertajuk “Van EenVergeten Uithoekje (Dari Pojok yang Dilupakan)”. Artikelnya berjudul “Handschrift Japara”, mendapat perhatian yang cukup besar dari masyarakat Belanda dan kemudian dimuat sebagai pedoman tentang batik dalam buku “De Batikunst in Nederlandsch en hare Geschiedenis”.

Surat-surat Kartini yang ditulisnya untuk teman-temannya di Negeri Belanda, berisi pemikiran-pemikirannya tentang pendidikan wanita. Dalam surat-surat Kartini juga mengulas tentang pemikirannya mengenai tradisi feodal, pernikahan paksa dan poligami, keluhan terhadap budaya Jawa kala itu yang ia pandang menghambat kemajuan perempuan.

Surat-surat itu kemudian dikumpulkan oleh Mr. J. H. Abendanon dan diterbitkan pada tahun 1911 dengan judul “Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang)”.

Kartini juga membuka sekolah untuk perempuan.

Pemikiran Kartini menjadi inspirasi pergerakan di Indonesia. Karya tulisnya menjadi dasar gerakan antikolonial dan membuatnya sebagai pelopor emansipasi perempuan.

Kini, di dunia yang kian terbuka dan modern, setiap orang, laki-laki atau perempuan, punya kesempatan yang sama untuk mengambil peran dan menggapai impian.
Semua setara memberi warna bagi peradaban. Selamat berkiprah wahai Kartini masa kini.