SHARE

carapandang.com | Nafik Muthohirin

CARAPANDANG.COM - Setiap Juni-Juli adalah bulan pendaftaran peserta didik baru. Para orang tua mulai memburu sekolah-sekolah favorit. Tak hanya datang ke sekolah secara langsung, mereka sebelumnya juga banyak menggali informasi melalui internet. Bahkan, di era yang semakin terkoneksi dengan dunia maya ini, orang tua dan calon peserta didik juga bisa mendaftar ke sekolah pilihannya secara daring (dalam jaringan).

Kesibukan memasuki tahun ajaran baru dirasakan para orang tua dan calon peserta didik. Hal ini karena mereka mempunyai pilihan atau tujuan sekolah sendiri. Pilihan sekolah tersebut sangat besar dipengaruhi oleh teman, dorongan keluarga, atau juga kemauan anak yang sudah tak nyaman lagi bersekolah di sekolah sebelumnya.  Keinginan anak-anak untuk mencari sekolah baru meliputi berbagai pertimbangannya sendiri. 

Menentukan sekolah bermutu tidak semudah memilih SMA atau lembaga pendidikan sederajat lainnya. Sebelumnya, pihak orang tua perlu membekali dirinya dengan pengetahuan awal mengenai sekolah yang akan dipercaya mendidik anak-anak mereka. Pada tahap ini, memilih sekolah merupakan keputusan yang gampang-gampang susah, apalagi untuk masuk ke jenjang SD. Setiap sekolah di level ini menawarkan beragam fasilitas dan capaian prestasi luar biasa, meski kadang diiringi dengan biaya yang super mahal. 

Anak-anak yang baru mau masuk sekolah, entah mau naik ke tingkat SD, SMP atau SMA, orang tua perlu mempersiapkan keuangan yang tidak sedikit. Ada banyak persiapan yang perlu dianggarkan, mulai dari kebutuhan memiki sepatu, tas, buku dan seragam yang baru, hingga siap-siap membayar uang masuk sekolah. Sayangnya, kebutuhan tersebut terkadang tidak diiringi dengan kekuatan anggaran dana keluarga. 

Akibatnya, seringkali kita mendengar perbincangan para orang tua yang kerap menyoal mahalnya biaya masuk sekolah favorit. Mereka harus benar-benar irit mengatur keuangan keluarganya. Namun, apapun akan dilakukan para orang tua supaya anak-anak mereka dapat mengenyam pendidikan yang layak, terutama masuk di sekolah-sekolah bermutu.  

Sehingga, pelbagai persiapan diatur, mulai dari menyiapkan keuangan yang cukup hingga belajar yang tekun agar bisa lolos ujian masuk. Sebab akan menjadi kemewahan tersendiri bagi mereka yang nantinya lolos tes seleksi masuk sekolah unggulan.

Musim perburuan sekolah bermutu seharusnya tidak dibarengi dengan tindakan sebagian pihak yang menjadikan kesempatan ini sebagai lahan bisnis. Dengan menawarkan jaminan diterima dan memberikan sejumlah uang tertentu seakan menjadi ’obat’ keraguan dari ketidaklulusan seleksi. Apalagi dengan gaya ”memaksa” sebagian pihak memanfaatkan label sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) untuk meninggikan biaya sekolah. Padahal sebenarnya kualitasnya tak sebanding dengan biaya yang dijejalkan. 

Kesempatan tersebut semakin marak dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Bahkan parahnya, ada sekolah yang secara sistematis hanya mengedepankan pelabelan atau simbolisasi bertaraf internasional guna dilirik para orang tua, sementara peserta didik tidak pernah ditekankan pemakaian bilingual. 

Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas tidak harus meninggikan biaya pendidikan. Peningkatan kualitas sekolah dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan yang berorientasi pada pencapaian prestasi. 

Sekolah Bermutu

Siapa yang tidak ingin merasakan pendidikan di sekolah bermutu. Selain fasilitas sekolah yang lengkap, sudah barang tentu kualitas pendidiknya pun tak diragukan. Biasanya, sekolah bermutu hanya ditempati peserta didik yang mempunyai intelegensi lebih tinggi dari anak-anak biasa atau paling tidak sekolah ini ditempati oleh kalangan yang mempunyai modal lebih. Sementara, tidak banyak anak yang berasal dari kalangan miskin yang bisa ikut merasakannya.

Sepintas, jika dilihat secara fisik semata, semua itu merupakan kelebihan yang mungkin saja dipilih para calon orang tua peserta didik. Tetapi benarkah semua hal tersebut merupakan indikasi bahwa sekolah yang bersangkutan bermutu baik. Masih adakah sekolah yang lebih mementingkan substansi daripada keelokan fisik saja. 

Edward Sallis (2006) mengidentifikasi beberapa ciri sekolah bermutu di antaranya yaitu: Pertama, sekolah tersebut memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang; Kedua, sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya; Ketiga, sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja. 

Para orang tua hendaknya berfikir lebih jeli dan berupaya menegenali lebih dahulu sekolah yang ingin dipercayakan mendidik putra-putrinya. Jangan sampai tertipu dengan penampilan fisik sekolah yang tampak megah dan berlabel internasional, sementara aspek kualitas pengajaran dan orientasi perkembangan anak didik diabaikan.

Nafik Muthohirin

Dosen Pendidikan Agama Islam | Universitas Muhammadiyah Malang