SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Terletak di wilayah tenggara Jawa Barat, Tasikmalaya dengan alam perbukitannya sering dijuluki sebagai Mutiara dari Priangan Timur. Kota ini juga sering disebut sebagai Delhi Van Java karena dianggap perbukitannya, yang diperkirakan berjumlah 3.647 bukit, mirip dengan kota Delhi di India. Tak hanya terkenal karena alamnya yang indah, Tasikmalaya juga dikenal dengan Gunung Galunggung yang pernah mengalami letusan besar pada 1822 M. Selain itu, Tasikmalaya juga terkenal akan sentra kerajinan payung dan sandal geulis, serta nasi tutug oncom atau T.O. atau sangu tutug oncom. Meski begitu, selain di Tasikmalaya, nasi tutug oncom juga dapat ditemukan dengan mudah di berbagai restoran khas Sunda.

Nasi tutug oncom yang merupakan kuliner khas Tasikmalaya ini terdiri dari nasi dan olahan oncom dengan bumbu kencur yang menjadi ciri khasnya. Kata “tutug” sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti “tumbuk.” Hal itu juga merepresentasikan bagaimana proses pengolahannya. Dalam pembuatannya, oncom ditumbuk hingga menjadi butiran kasar lalu dijemur di bawah sinar matahari +/- sehari. Oncom yang telah kering lalu ditaburi bumbu-bumbu seperti bawang merah, sedikit gula dan garam, bawang putih dan kencur, kemudian dimasak atau dibakar hingga matang. Oncom yang telah dibumbui kemudian disangrai atau dibakar, ditumbuk hingga halus, lalu ditaburkan di atas nasi dan wajib disajikan dalam kondisi hangat.

Paduan rasa gurih dan asin nasi tutug oncom, semakin nikmat disantap bersama sambal goang yang dibuat dari cabai rawit hijau yang dicampur dengan sedikit garam dan bumbu penyedap. Lauk pelengkap seperti ayam goreng, ikan asin, telur dadar dan lalapan mentimun juga akan semakin melengkapi kelezatan nasi tutug oncom. Jangan lupa tambahkan taburan bawang goreng di atasnya agar makanan ini menjadi lebih wangi dan menggugah selera.

Siapa sangka, nasi tutug oncom yang kadang dibandrol dengan harga tinggi di restoran-restoran khas Sunda ini, ternyata dulunya adalah santapan rakyat kelas bawah pada era 1940-an masa pemerintahan Orde Baru. Konon, nasi tutug oncom tercipta saat kondisi masyarakat mengalami kesulitan ekonomi sehingga tidak mampu membeli beras. Dilansir dari situs Kompas.com, Helmy Sudajana, seorang pemilik rumah makan nasi T.O. Rahmat menceritakan bahwa nasi tutug oncom dulu identik dengan hidangan rakyat kelas bawah, sehingga nasi perlu dicampur dengan oncom supaya porsinya jadi semakin banyak.

Oncom sendiri merupakan bahan baku yang mudah didapat dengan harga terjangkau. Makanan ini terbuat dari ampas tahu yaitu kedelai, kadang juga dibuat dari dari bungkil kacang tanah yang difermentasi seperti pada pengolahan tempe. Walaupun terbuat dari ampas tahu, oncom mengandung karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Analisis Proksimat dan Sifat Organoleptik Oncom Merah Alternatif dan Oncom Hitam Alternatif yang ditulis Sri Mulyani dan Restu Widyana Wisma pada Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia, Vol. 1, No. 1, April 2016, menyebutkan bahwa oncom yang biasanya dibuat dari bungkil kacang tanah, hanya dapat bertahan selama 1-2 hari saja pada suhu ruang. Lebih dari itu, oncom akan rusak yang menyebabkan oncom tidak layak lagi untuk dikonsumsi, sehingga lebih baik menyantap nasi tutug oncom selagi hangat.

Lezatnya nasi tutug oncom si “nasi miskin” yang kini naik kelas pun bisa dinikmati hangat-hangat kapan saja di rumah dan disantap bersama keluarga tercinta. Namun, bila ingin menikmati nasi tutug oncom di daerah asalnya, indahnya pemandangan Tasikmalaya dengan ribuan bukit-bukit kecilnya pasti akan menambah sensasi kelezatannya. dilansir indonesiakaya.com

Tags
SHARE