SHARE

Sri Mulyani

CARAPANDANG.COM – Untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional (PEN), Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan mengintervensi berbagai kebijakan dengan memberikan perhatian khusus pada sektor yang masuk dalam kelompok pemulihan lambat (slow starter).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kelompok slow starter yakni perdagangan, konstruksi, transportasi dan jasa-jasa mengalami kontraksi penjualan paling dalam akibat pandemi COVID-19 dan membutuhkan waktu yang lama untuk bangkit.

“Ketika covid naik, mereka turun, ketika covid turun mereka pulih tapi slow. Nah ini jadi tidak simetris dan ini merupakan kelompok yang harus kita perhatikan,” kata Menkeu Sri Mulyani saat Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (14/6/2021).

Pemulihan sektor di kelompok slow starter, lanjut Menkeu, sangat berbeda dengan kelompok growth driver (industri manufaktur) yang meskipun terpukul, namun bisa mulai bangkit. Sejak kuartal IV 2020 return of asset kelompok growth driver mencapai 3,67 persen.

“Kalau dikoneksikan dengan belanja untuk listrik sudah mulai meningkat di semua industri, ini diharapkan makin naik ke atas,” ujar Menkeu.

Sedangkan kelompok resilience, merupakan sektor-sektor yang daya pulih akibat pandemi COVID-19 sangat cepat, bahkan pada kuartal IV 2020 pertumbuhannya telah mencapai 9,2 persen.

Lebih lanjut Sri Mulyani menyampaikan bahwa kemampuan membayar kelompok resilience berada di atas threshold 1,5 sementara kelompok slow starter dan growth driver di bawah threshold atau rendah.

Kondisi tersebut membuat interest coverage ratio (ICR) atau kemampuan membayar kelompok slow starter dan growth driver rendah dan perbankan juga menghindari untuk memberikan kredit.

Oleh karena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai intermediary keuangan perlu melakukan intervensi untuk mendorong pemulihan kedua kelompok tersebut.

“Ini adalah tantangan pemulihan ekonomi yang kami di KSSK terus membahasnya. Apalagi yang harus kita lakukan, policy mix yang bisa kita formulasikan,” jelasnya.