SHARE

antan Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Suhardi Alius

CARAPANDANG.COM - Penguatan nasionalisme dan wawasan kebangsaan harus terus dilakukan, dengan cara ini kita bisa mengikis maraknya adu domba dan hoaks, sehingga tercipta kehidupan kebangsaan yang harmonis serta demokrasi yang santun di Indonesia. 

Demikian disampaikan Mantan Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Suhardi Alius dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (16/6).

Suhardi memiliki kepercayaan jika nasionalisme dan wawasan kebangsaan bangsa Indonesia kembali seperti dulu, maka secara langsung radikalisme berkonotasi negatif serta terorisme akan terkikis.

"Ini yang terjadi sekarang. Radikalisme dalam perspektif negatif yang sudah sering saya sampaikan saat menjabat sebagai kepala BNPT. Ada empat indikatornya, yaitu intoleransi, anti Pancasila, anti NKRI dan penyebaran paham takfiri (mengkafirkan orang)," jelasnya. 

"Kalau masuk klasifikasi ini harus kita kikis, kita reduksi dan hilangkan. Mari kita sosialisasikan pada anak anak kita, pada generasi kita khususnya generasi muda agar tidak mudah terpapar paham itu, bagaimana kita harus kuatkan nasionalisme dan wawasan kebangsaan,” imbuhnya. 

Dia mencontohkan, implementasi penguatan nasionalisme dan wawasan kebangsaan itu dengan kembali mengadakan upacara bendara setiap hari Senin, dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan naskah Pancasila.

"Inilah salah satu yang membuat karakter bangsa dengan baik, kalau tidak dilakukan itu akan hilang. Sekarang generasi muda kita banyak yang tidak hafal Pancasila, lagu Indonesia Raya, itu tidak bisa disalahkan karena kurikulumnya sudah seperti itu. Nah sekarang kita ubah kembali, di mulai dari sekarang sehingga kita bisa melihat hasilnya nanti 5-10 tahun mendatang," jelasnya. 

Ia mengungkapkan, saat ini generasi muda menjadi sasaran empuk penyebaran paham-paham tersebut, selain masyarakat umum lainnya. Faktanya, media sosial sekarang dipenuhi dengan berbagai macam hoaks dan adu domba. Ironisnya, kondisi ini dimanfaatkan kelompok-kelompok radikal intoleran untuk memecah belah masyarakat.

Ia menilai, saat ini budaya saring sebelum sharing generasi muda dan masyarakat sangat rendah karena mereka ‘menelan’ begitu saja berbagai informasi yang masuk karena tidak punya kemampuan memverifikasi dan memfilter pesan-pesan yang masuk. Hal ini dipengaruhi salah satunya adalah tingkat pendidikan masyarakat.

Tags
SHARE