SHARE

istimewa

CARAPANDANG.COM - Anggota Komisi VII DPR RI Hendrik Sitompul meminta pemerintah segera merespons usaha Pertashop yang mati suri akibat ditinggalkan pembeli yang lebih memilih BBM murah karena  perbedaan harga Pertamax dan Pertalite yang tinggi.

Selisih harga Pertamax dengan Pertalite sekitar Rp5.000 per liter berdampak terhadap bisnis Pertashop sebagai lembaga penyalur resmi berskala kecil yang menyediakan BBM nonsubsidi dan produk lain dari Pertamina di daerah yang jauh dari SPBU.

"Masalah Pertashop ini sangat serius. Tolong pemerintah merespons cepat," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Hendrik menuturkan usaha Pertashop banyak dikelola oleh masyarakat kecil. Mereka meminjam uang dari bank untuk membangun Pertashop.

Ketika harga Pertamax naik, sementara harga Pertalite tidak mengalami perubahan, bisnis Pertashop goyah karena harus tetap membayar pinjaman bank di tengah situasi konsumsi Pertamax yang turun.

Mengutip penawaran kemitraan Pertamina, modal usaha untuk membangun Pertashop mulai dari Rp250 juta hingga Rp500 juta. 

"Karena mati suri tidak mampu lagi membayar, akhirnya kredit macet, Pertashop disita oleh bank. Kami sangat prihatin karena mereka adalah orang-orang kurang mampu yang meminjam uang dari bank untuk membangun itu," kata Hendrik.

Halaman :