SHARE

Bank Dunia memperkirakan biaya pemulihan Ukraina bisa mencapai US$411 miliar atau setara dengan Rp6,233 kuadriliun. 

CARAPANDANG - Bank Dunia memperkirakan biaya pemulihan Ukraina bisa mencapai US$411 miliar atau setara dengan Rp6,233 kuadriliun. 

Laporan itu menjelaskan biaya itu merupakan perkiraan minimum, lantaran kebutuhan akan terus meningkat selama perang berlanjut. 

Bank Dunia merinci dari hampir 2 juta rumah rusak, lebih dari satu dari lima institusi kesehatan masyarakat rusak, 650 ambulans rusak atau dicuri dan setidaknya 9.655 warga sipil dipastikan tewas, termasuk 461 anak-anak.

Wakil Presiden Bank Dunia kawasan Eropa dan Asia Tengah Anna Bjerde menyampaikan, rekonstruksi Ukraina akan memakan waktu beberapa tahun.

Sejauh ini, perhitungan atas kerusakan langsung pada bangunan dan infrastruktur sebesar US$135 miliar atau setara dengan Rp2.047 kuadriliun, belum termasuk dampak ekonomi yang lebih luas dari konflik yang berlangsung lebih dari setahun.

“Tetapi kerusakan bisa menjadi lebih buruk jika bukan karena pertahanan yang dipasang oleh pasukan Ukraina, yang membuat kehancuran terburuk terbatas pada wilayah garis depan Donetsk, Kharkiv, Luhansk dan Kherson,” katanya dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (25/3/2023).

Dia menambahkan, untuk bisa membangun kembali Kyiv dan memulihkan di tahun 2023 saja, akan membutuhkan US$14 miliar atau setara dengan Rp212,3 triliun.

Dana Moneter Internasional mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka mencapai kesepakatan tingkat staf dengan Ukraina untuk paket pembiayaan empat tahun senilai sekitar US$15,6 miliar atau setara dengan Rp236,5 triliun.

Bank Dunia juga mengakui, terlepas dari serangan gencar Rusia, Ukraina terus mempertahankan layanan publik yang penting, termasuk menjaga agar sekolah dan rumah sakit tetap buka, membayar gaji guru dan pegawai negeri serta membayar pensiun.

“Mendukung layanan kritis ini terus menjadi prioritas, dan Ukraina membutuhkan sekitar US$3 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun hingga US$4 miliar atau setara dengan Rp60,6 triliun per bulan untuk mempertahankannya,” tulis Bank Dunia. 

Adapun, invasi Rusia ke Ukraina memang telah berdampak di segi sosial dan ekonomi, misalnya menggusur jutaan orang hingga membuat harga pangan dan energi global ikut melonjak. 

Sampai saat ini Bank Dunia menjelaskan, invasi Rusia telah membatalkan 15 tahun kemajuan ekonomi di Ukraina, memotong produk domestik bruto sebesar 29 persen dan mendorong 1,7 juta orang Ukraina ke dalam kemiskinan.

Sektor energi Ukraina telah mengalami lonjakan kerusakan terbesar baru-baru ini sebagai akibat dari serangan yang ditargetkan Rusia pada jaringan listrik dan pusat energi lainnya selama musim dingin dalam upaya untuk membekukan populasi dan kepemimpinan Ukraina di Kyiv agar tunduk.

Bahkan, Bank Dunia memperkirakan, kerusakan total pada sektor energi Ukraina saat ini lima kali lebih besar daripada musim panas lalu.

Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal pun menanggapi, di mana infrastruktur energi, perumahan, infrastruktur kritis, ekonomi dan penghapusan ranjau kemanusiaan menjadi lima prioritas yang negara tersebut akan bangun pada  2023. 

Dirinya juga melaporkan otoritas Ukraina akan memulai pekerjaan restorasi di wilayah ini ketika mereka dibebaskan.

“Jumlah kerusakan dan kebutuhan pemulihan saat ini tidak termasuk data hilangnya infrastruktur, perumahan, dan bisnis di wilayah pendudukan,” tuturnya. 



Tags
SHARE